KETIKA ANAK TERANCAM DI NEGERINYA SENDIRI

Setahun silam (21 Mei 2006) Republika melansir hasil penelitian dari Yayasan Kita dan Buah Hati tentang kebiasaan anak-anak Indonesia mengakses materi pornografi yang didapat dari berbagai sumber seperti TV, komik, VCD dan situs porno. Jumlah anak yang biasa melakukan hal ini cukup mencengangkan, yaitu sekitar 80% dari total responden 1.705 anak di Jabotabek yang berada pada rentang usia 9-12 tahun, bahkan CNN pada tahun 2001 pernah melaporkan Indonesia dan Rusia merupakan pemasok terbesar materi pornografi di mana anak-anak ditampilkan dalam adegan-adegan seksual.
Kondisi ini tentu saja memprihatinkan, keberadaan anak-anak negeri seperti berada dalam cengkraman yang mengancam dari berbagai arah. Karakter mereka seperti tengah dibentuk oleh sesuatu yang mereka sendiri tidak menyadarinya. Sementara keluarga harus bertarung dengan televisi dan media lain dalam pembentukan karakter anak. Alih-alih meghargai teknologi informasi, negara pun memberi ruang bebas (nyaris tanpa syarat) kepada media televisi dalam