Bagi Anda yang Membutuhkan Jasa Lembaga Super Family Consulting...Kami Siap Membantu Permasalahan Anda !!!

tausiyah keluarga super

22 November 2007

Mendesain Rumah Syurga di Dunia

Keluarga adalah rumah kebahagiaan setiap insan sejati, karenanya tepat jika dikatakan banyak orang merindu pulang ke rumah bukan disebabkan bangunan fisik rumah itu sendiri tetapi iklim keluarga yang penuh keceriaan dan kebahagiaan. Di manapun seseorang berkiprah, akan sangat dipengaruhi oleh suasana keluarga atau rumah tangganya. Mereka yang bermasalah di rumah, diakui atau tidak, akan memberikan dampak negatif pada produktifitas dan kreativitas. Sebaliknya jika dalam keluarga penuh keceriaan dan kebahagiaan, hal ini akan membangkitkan spirit dan etos prima, optima dan maksima sehingga kualitas hidup akan dapat dijalani lebih baik.

Untuk itu perlu kiranya difahami bahwa pembentukan keluarga bahagia sejahtera harus berada dalam sebuah lembaga yang bernama perkawinan. Islam memberikan penghargaan tinggi kepada lembaga perkawinan, hal ini terlihat dalam deretan firmanNya. Di antaranya firman Allah dalam QS An-Nuur ayat 32: "Dan kawinilah orang-orang yang sendirian diantaramu dan orang-orang yang sholeh diantara hamba-hambamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepeda mereka dengan karuniaNya. Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui."

Mendesain rumah syurga harus dibangun dari komitmen akan tujuan pernikahan. Menurut Dr Muhammad ’Uqlah, setidaknya ada tiga tujuan perkawinan. Pertama, menghadirkan ketenangan jiwa. Kedua, memnuhi panggilan fitrah. Ketiga, memelihara keturunan. Ketiga tujuan ini penting diingat, mengingat banyak konflik bermunculan diakibatkan oleh sekedar masalah-masalah yang sepele. Masalah, apapun bentuknya tentu tidak lebih besar dari ketiga tujuan luhur ini. Maka, setiap pasangan suami istri yang konflik semestinya memperhatikan kembali main goal ini; bahwa perkawinan –diakui atau tidak- telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan mereka. Itulah yang diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW, sekiranya suami memarahi istrinya, ingatlah ada bagian lain dari dirinya yang engkau rela (menerima kebaikannya), begitupun sebaliknya, ingatlah selalu ada kebaikan dari pasangan kita, dan manakal konflik terjadi ingatlah terus kebaikan dia, walau sebiji sawi sekalipun. Bukankah Tuhan juga sangat menghargai kebaikan hambaNya walaupun hanya menyingkirkan duri dari jalan dan walaupun sekedar sedekah dengan satu biji kurma.

Nah, pemahaman yang kuat tentang tujuan nikah ini akan membimbing kita menggapai harapan menuju keluarga sakinah. Saya menyebut pemahaman yang kokoh terhadap tujuan pernikahan ini sebagai pijakan komitmen keluarga, ketika sewaktu-waktu rumah tangga dihantam badai topan yang mengganas, maka pijakan ini akan kokoh mengikat pondasi rumah tangga kita agar tidak terhempas diterjang badai.

“Rumahku syurgaku” merupakan harapan tertinggi setian insan di muka bumi ini. Jargon ini pasti dikenal dan bahkan mungkin saja paling sering diucapkan banyak orang. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan:

Buatlah komitmen pernikahan
Seringkali kehidupan berkeluarga menghadirkan kejenuhan, saat itu terjadi segeralah mengingat kembali komitmen awal pertama kali anda menikahi pasangan Anda. Sadarilah ada agenda besar yang pasti sudah anda rencanakan dan belum terwujud, maka setelah membuat komitmen pernikahan, up grade-lah selalu, agar anda selalu mengingatnya sekaligus melestarikan spirit sukses.
Miliki keunikan keluarga
Anda yang paling tahu tentang karakteristik keluarga anda, maka sepakati apa yang menjadi kebanggaan keluarga anda. Kebanggaan terhadap pasangan dan anak-anak akan melahirkan kekuatan memiliki yang dahsyat, dijamin anda tidak akan mudah tergoda keluarga lain.
Hangatkan rumah dengan komunikasi yang efektif
Menjadi suami atau istri satu menit yang bermutu lebih baik ketimbang 24 jam tapi memelihara konflik. Tentu akan jauh lebih baik jika 24 jam yang tersedia dihangatkan oleh komunikasi yang saling menghargai. Ingat, seringkali rumah menjadi seperti neraka, jika komunikasi berjalan tidak seimbang, tidak cair dan saling menyalahkan. Hindari komunikasi BEJ (Blame, Excuse, justify) yakni komunikasi yang sering menyalahkan pasangan, memaafkan kesalahan tanpa memperbaikinya dan menjustifikasi kesalahan yang kita buat.
Hadirkan atmosfir yang penuh canda
Nabi SAW pernah berpesan kepada para sahabat, ”sesekali, sesekali!” yakni jangan selalu memikirkan urusan akhirat yang membuat diri anda menjadi selalu murung dan tidak kreatif, sesekali perlu kita munculkan canda jenaka, karena ini akan mengurangi ketegangan yang ada. Canda jenaka menjadikan suasana menjadi cair dan fresh.
Selalu melakukan evaluasi berkala
Manusia adalah makhluk yang seringkali lupa, dengan melakukan evaluasi kita diingatkan untuk mengingat kesalahan yang pernah kita buat. Evaluasi berkala dalam dilakukan dengan memanfaatkan ulang tahun perkawinan sebagai ajang rekomitmen akad dan merecharge cinta.
Sadarilah membangun rumah syurga tidak bisa sendiri
Anda sudah memulai rumah tangga ini berdua, maka pertahankan kekompakan ini, binalah dengan menjadikan kelemahan masing-masing pasangan bukan sebagai biang kerok permasalahan, tetapi dapat ditutupi oleh kelebihan yang lain. Bukankah perkawinan merupakan upaya saling melengkapi (fungsi komplementer keluarga)?

Tips ini akan menjadi sekedar wacana, kecuali jika anda memulainya sejak sekarang. Ya, mantapkan tekad anda untuk meraih bangunan rumah syurga ini, saat anda sudah mendapatkannya, bersyukurlah kepada Dia yang telah menganugerahkan karunia besar ini.

Salam hangat dari saya
Sahabat Keluarga Anda
Nurul Huda Haem

Keluarga dan kebangkitan Bangsa

(Dimuat di Harian Kompas Tanggal 29 Juni 2007)
Tanggal 29 Juni ini, Indonesia memperingati Hari Keluarga Nasional atau Harganas. Puncak kegiatan dipusatkan di Ambon, Maluku.
Momen ini menjadi kesempatan penting untuk merefleksi sekaligus revitalisasi bangsa menuju kebangkitan. Kita sudah lelah mendengar ungkapan keterpurukan. Kejatuhan bangsa diibaratkan karnaval ketragisan dalam berbagai lini; politik, ekonomi, sosial, budaya, dan akhlak bangsa.
Informasi tentang perilaku anak bangsa yang cenderung destruktif kian menampilkan gejala dehumanisme. Dan, mereka kadang bangga saat perilaku negatifnya disiarkan media televisi.
Kriminalitas dalam keluarga, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kezaliman suami kepada istri atau orangtua kepada anak, menambah panjang daftar kekerasan yang masuk wilayah paling dirindukan, rumah.
Mulai dari keluarga
Hari Keluarga Nasional yang diperingati hari ini menjadi ajang reflektif bagi semua komponen bangsa. Boleh jadi, kejatuhan negeri ini merupakan akumulasi erosi ketangguhan keluarga. Pepatah Arab mengatakan, "Keluarga adalah tiang negara, maju mundurnya negara tergantung keluarganya". Maka, jika sebuah keluarga, yang notabene miniatur sebuah bangsa, terdiri dari pribadi-pribadi yang bermental rusak dan berkarakter korup, saat mereka berkesempatan memimpin bangsa ini dapat dipastikan mental kepemimpinannya juga rusak dan korup.
Karena itu, pembangunan karakter bangsa harus dimulai dari keluarga. Banyak agenda harus diselesaikan, di antaranya masalah kesejahteraan keluarga yang biasanya akan berujung kepada ketangguhan dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Belum lagi lemahnya mental mempertahankan keutuhan keluarga dengan maraknya kasus kawin- cerai, perselingkuhan, poligami, dan pernikahan tanpa ikatan sah (illegal wedding).
Pernikahan tanpa ikatan sah tidak hanya berbicara pada bentuk keabsahan pernikahan, tetapi pada ekses yang diakibatkan. Lemahnya legalitas hukum dari perkawinan tidak tercatat, membuka celah lebar tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan korban terbanyak umumnya kaum perempuan dan anak-anak.
Tidak disangkal, keluarga berperan strategis, secara sosial, budaya, dan ekonomi. Interaksi antarinsan yang terjalin intens, memungkinkan pengawasan menuju kehidupan lebih baik. Jika sebuah bangsa kesulitan mengawasi penduduknya, pembangunan mental dan karakter harus dimulai dari keluarga.
Dalam keluarga ada banyak fungsi yang dijalankan, di antaranya fungsi pendidikan dan perlindungan. Riuhnya pembicaraan soal sekolah rumah (home schooling) merupakan isyarat munculnya gejolak kerinduan orang akan pendidikan khas keluarga. Maka, tepat jika sebutan "sekolah rumah" itu ditingkatkan menjadi sekolah keluarga atau family schooling. Dalam keluarga, program pendidikan tidak saja diarahkan kepada anak sebagai peserta didik, tetapi keterlibatan seluruh keluarga, terutama orangtua.
Selain itu, fungsi perlindungan dalam keluarga akan menumbuhkan atmosfer keamanan dan kenyamanan. Maka, sudah seharusnya tiap anggota keluarga merasakan suasana keluarga tanpa kezaliman.
Perlu diketahui, eskalasi KDRT mengalami kenaikan amat signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data LSM Mitra Perempuan, jumlah kasus KDRT yang terdata pada tahun 2004 mencapai 14.802 kasus, meningkat 24 persen (21.207) pada 2005. Untuk itu, perlu disasari, kekerasan dalam rumah tangga akan membuat faktor keamanan dan kenyamanan menjadi hilang. Padahal, setiap agama mengajarkan konsep menumbuhkan nuansa surgawi dalam rumah tangga.
Akses keluarga super
Problematika keluarga memang kompleks, tetapi umunnya berasal dari sumber yang sama, sikap mental yang negatif.
Kejernihan hati dan kematangan berpikir merupakan instrumen utama dalam menata kehidupan keluarga sehingga saat konflik datang, keduanya akan membimbing kita untuk kembali pada tujuan dasar perkawinan. Setidaknya ada lima prinsip dasar untuk menuju keluarga super. Yaitu, spiritual values (nilai-nilai spiritual), uniqueness (keunikan yang menjadi kekhasan keluarga kita), powerful vision (visi yang kuat), enthusiastic (antusiasme yang tinggi, semangat baik dalam menyelesaikan masalah maupun mempertahankan keutuhan rumah tangga), responsibility (kemampuan merespons dan peduli terhadap keadaan sekitarnya).
Kelima prinsip ini menjadi fondasi kokoh menuju keluarga tangguh. Dan, keluarga tangguh adalah hak setiap orang di dunia Selamat memperingati Hari Keluarga Nasional.
Nurul Huda Haem Motivator Keluarga Indonesia; Penulis Buku Awas Illegal Wedding!

20 November 2007

Kearifan Insani

Kearifan adalah tiket utama yang harus dimiliki oleh keluarga super.
Saat anda miliki tiket ini, maka lebih dari separuh jalan menuju sukses
telah anda raih (Kang Enha)


Keluarga adalah showroom bagi proses kematangan jiwa manusia. Di dalamnya kita diperlihatkan tidak hanya kemesraan dalam hubungan interpersonal, tetapi juga konflik dan pertikaian. Buat kita yang sudah berkeluarga, kita bahkan menjadi aktornya langsung, terlibat penuh dalam skenario drama kehidupan yang kita ciptakan sendiri. Persoalannya adalah kepada kita tidak diberikan lebih dahulu script skenarionya, sehingga setiap kita harus pintar meraba ke arah mana drama ini kita mainkan. Kendati demikian, jangan merasa under estimate dulu, Sang Penulis Skenario telah memberikan border yang amat jelas, sehingga dengan border itu kita akan bisa mengetahui apa yang harus kita lakukan.

Dalam menyikapi drama kehidupan dalam keluarga ini, kita bisa memainkan beragam pilihan peran, tentu dengan beragam resiko yang menyertainya. Jika peran antagonis yang kita mainkan, maka konsekwensinya kita akan menjadi pribadi negatif dan berada dalam keadaan yang negatif pula. Saran saya beraksilah dengan peran protagonis sehingga kita bisa menebarkan aura positif. Tetapi apapun pilihannya, resiko tetap harus kita terima. Memainkan peran antagonis membuat kita akan mendapatkan vibrasi negatif dari sekeliling kita. Persis sebuah cermin, apa yang kita lihat di dalamnya itulah diri kita sebenarnya. Ilustrasinya begini, jika anda seorang suami yang selalu marah-marah, pelit penghargaan bahkan ringan tangan kepada istri anda, maka saat respon negatif anda terima dari lingkungan di sekitar anda, itulah pribadi anda yang sesungguhnya, tapi jika anda seorang suami yang ramah, suka menghargai pasangan dan penuh kasih sayang, maka respon positif yang anda terima dari sekitar lingkungan anda, itulah hakikat diri anda sesungguhnya.

Saya ingin memberikan anda sebuah kunci keberhasilan menggapai keluarga super, yaitu cukuplah bagi anda menampilkan kearifan insani. Kearifan insani dimulai dari pengenalan akan jati diri kita ('Arif berasal dari bahasa arab berarti orang yang tahu atau kenal). Mengenali jati diri tentu saja bukan sekedar tahu bentuk fisik kita tetapi karakter, sifat, habit dan seluruh ihwal yang berkaitan dengan keadaan diri kita sendiri. Terkadang kita lemah disini, kita lebih mudah mengenal orang lain ketimbang diri sendiri, buktinya kita mudah mengkritik orang lain tapi sulit menerima jika dikritik.

Setelah mengenal jati diri meningkatlah kepada kesadaran diri (self awarness), bahwa kita adalah makhluk yang berarti yang diciptakan, kita membutuhkan orang lain atau keadaan tertentu untuk dapat survive atau setidaknya menjadi diri kita yang sekarang. Bila anda seorang yang kaya, ingatlah bahwa istilah kaya baru berarti karena ada orang-orang yang miskin di sekitar anda. Jika anda orang sukses, itu karena ada orang lain yang gagal.

Kesadaran diri ini akan membawa anda kepada setidaknya dua sikap, pertama memelihara hubungan antar personal dan kedua bersikap baik dengan mereka. Jika anda menerapkan dua sikap ini, maka kemungkinan besar simpati dari lingkungan sekitar anda akan anda dapatkan. Tapi justru seringkali keadaan seperti ini baru kita amalkan saat ada pamrih, alih-alih mendapatkan simpati kita berbuat baik dengan mereka. Ini jelas bukan pribadi ikhlas. Ikhlas berarti murni, maksudnya diri kita murni atau bersih dari kepentingan (vested interest). Nah, di sinilah kita membutuhkan sebuah sikap yang disebut kearifan, yaitu sebuah sikap mengesampingkan ego pribadi dan menghargai orang lain. Kearifan juga entry point untuk menjadi pribadi yang disenangi orang, rumusnya begini jika anda menjadi pribadi yang menyenangkan maka orang lain akan berbuat baik kepada anda.

Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang selalu menebarkan kemanfaatan kepada manusia lain. Begitulah dalam konteks hubungan suami istri dan anak-anak, perlu sinergi dalam berbagi manfaat, ini bukan filosofi asas manfaat yang berorientasi pada aji mumpung, tapi lebih pada keluhuran budi menghargai orang lain.

Dalam bahasa al Quran hubungan suami istri itu disimbolkan dengan pakaian (libaas), maksudnya tentu saja agar keduanya saling menutupi aib masing-masing. Kenyataannya sekarang kita melihat banyak orang yang membongkar cacat pasangannya bahkan dengan penuh bangga mempublishnya melalui televisi. Tentu saja ini fenomena yang memprihatinkan, padahal jikapun perceraian adalah jalan yang harus ditempuh, Allah memerintahkan untuk menjalaninya dengan ihsan (cara yang baik). Dalam suasana konflik yang akut sekalipun, Rasulullah kerap mengingatkan bahwa janganlah kemarahanmu terhadap pasanganmu membuat kamu melupakan kebaikan yang pernah dia lakukan.

Nah agar kearifan insani dapat diwujudkan ada beberapa tips yang bisa anda lakukan:
1. Belajar mengenali karakter diri
Ini syarat utama dalam menjalani kehidupan karena kita adalah makhluk sosial, kita tidak sedang hidup menyendiri, interaksi merupakan keniscayaan yang tidak dapat kita hindari. Kunci utama dihargai orang lain adalah dengan menghargai mereka. Mengenal diri sendiri bisa dimulai dengan membuat positioning karakter, dan karakter –menurut Jacob Ezra- terbentuk dengan paling sedikit lima hal, yaitu:
· Temperamen dasar kita (Dominance, Steadiness, Influence, Compliance)
· Keyakinan kita (apa yang kita percayai, paradigma)
· Pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita)
· Motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup)
· Pengalaman hidup kita (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh, lingkungan)
2. Berfikir positif
Setiap emosi yang muncul dari seorang manusia sangat dipengaruhi oleh persepsinya. Persepsi yang negatif akan menggumpal di alam bawah sadar menjadi Negative self talk (pembicaraan pribadi yang negatif), jika ini dibiarkan berlarut maka dapat dipastikan akan muncul sikap tertutup, merasa paling benar, tidak siap menerima kekalahan serta sulit meminta maaf dan memaafkan. Bahkan jika Anda berfikir bahwa seseorang dari etnis dan agama tertentu memiliki karakteristk yang kurang baik dan tidak layak diajak kerja sama, maka secara reflek perasaan tidak suka kepada dia menjalari diri Anda. Selanjutnya perasaan akan membawa kepada prilaku, Anda mulai tampak sinis dan membatasi pergaulan, jika pun perkenalan itu berlanjut dapat dipastikan hubungan pertemanan itu akan berlangsung saling curiga, tidak bermutu dan menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, perlu kesadaran sejak dini untuk membiasakan berfikir positif terhadap keadaan di sekitar kita. Bahkan kepada peristiwa yang tidak mengenakkan sekalipun, mulailah mencari alasan positif dan mengais hikmah.

3. Berikan penghargaan kepada orang lain
Cobalah anda melempar pohon mangga yang banyak buahnya dengan sebuah batu, maka pohon itu akan membalas lemparan anda dengan buah mangga yang manis dan siap disantap. Begitulah mestinya kita bersikap. Tetap menghargai orang lain, sekalipun orang lain mungkin menyakiti perasaan kita. Bagi sebagian orang cara ini sepertinya sulit dilakukan, bagaimana mungkin berbuat baik kepada orang yang menzalimi kita, tapi begitulah agama mengajarkan kita. Nabi Muhammad mengingatkan ada tiga kelompok orang yang di akhirat nanti diganjar dengan hisab yang ringan dan dimasukkan ke dalam syurga, yaitu memaafkan orang yang menzalimi kita, berbuat baik kepada orang yang pelit kepada kita dan menyambung silaturrahmi kepada orang yang memutuskan tali persaudaran kepada kita. Berat memang, tapi ganjarannya juga dahsyat; SYURGA! yang diimpikan banyak orang.

4. Sering melakukan evaluasi diri
Kata Umar bin Khatab, “Hitunglah dirimu sebelum kelak engkau akan dihitung”. Pesan ini memiliki nilai yang sangat penting, bahwa setiap kita pasti akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita di hadapan Pengadilan Ilahi, oleh karena itu perlu kesadaran asasi untuk mempersiapkan sejak dini. Kehidupan di dunia adalah investasi amal untuk kehidupan hakiki pasca kematian kita nanti. Oleh karenanya, muhasabah atau evaluasi secara periodik akan membimibing kita untuk tahu bagaimana grafik kesalahan kita. Kearifan insani lahir dari pribadi orang yang menyadari bahwa dirinya sarat dengan kealpaan, maka seiring bertambahnya waktu ia hanya sibuk memperbaiki diri dan tidak sempat memikirkan kesalahan orang lain.

“Belajarlah kepada bangku sekolah formal dan Anda hanya akan mendapat pelajaran sesuai silabus dan kurikulum yang sudah ditentukan, tetapi belajarlah dari sekolah kehidupan dan jadilah siswa abadi di dalamnya maka Anda akan dibanjiri oleh pengetahuan yang tidak akan pernah ada habisnya.”

Salam hangat dari saya
Sahabat keluarga Anda

Nurul Huda Haem

Salam Bahagia!



Sahabat keluarga sejati

Salam perkenalan dari saya yang selalu merindu hadirnya komunitas keluarga super, saya bersyukur kepada Allah SWT atas perkenanNya yang telah menciptakan saya untuk mendampingi keluarga Indonesia. jujur setelah super family consulting didirikan setahun yang lalu, saya berkesempatan berjumpa dengan banyak model keluarga, banyak ragam kasus dan berbagai karakter dari setiap insan baik yang akan belum menikah, akan menikah dan sudah menikah, kebetulan saya juga seorang penghulu di salah satu KUA di Jakarta.

semoga kehadiran blog ini akan memberikan manfaat untuk semua blogger, saya ingin sharing kita di dunia maya ini dapat memberikan pencerahan kepada sebanyak-banyaknya insan di muka bumi ini sehingga suatu saat nanti akan terbentuk Super Family Community.

Salam Bahagia!

Sahabat Keluarga Anda

Nurul Huda Haem (Kang Enha)