Bagi Anda yang Membutuhkan Jasa Lembaga Super Family Consulting...Kami Siap Membantu Permasalahan Anda !!!

tausiyah keluarga super

20 November 2007

Kearifan Insani

Kearifan adalah tiket utama yang harus dimiliki oleh keluarga super.
Saat anda miliki tiket ini, maka lebih dari separuh jalan menuju sukses
telah anda raih (Kang Enha)


Keluarga adalah showroom bagi proses kematangan jiwa manusia. Di dalamnya kita diperlihatkan tidak hanya kemesraan dalam hubungan interpersonal, tetapi juga konflik dan pertikaian. Buat kita yang sudah berkeluarga, kita bahkan menjadi aktornya langsung, terlibat penuh dalam skenario drama kehidupan yang kita ciptakan sendiri. Persoalannya adalah kepada kita tidak diberikan lebih dahulu script skenarionya, sehingga setiap kita harus pintar meraba ke arah mana drama ini kita mainkan. Kendati demikian, jangan merasa under estimate dulu, Sang Penulis Skenario telah memberikan border yang amat jelas, sehingga dengan border itu kita akan bisa mengetahui apa yang harus kita lakukan.

Dalam menyikapi drama kehidupan dalam keluarga ini, kita bisa memainkan beragam pilihan peran, tentu dengan beragam resiko yang menyertainya. Jika peran antagonis yang kita mainkan, maka konsekwensinya kita akan menjadi pribadi negatif dan berada dalam keadaan yang negatif pula. Saran saya beraksilah dengan peran protagonis sehingga kita bisa menebarkan aura positif. Tetapi apapun pilihannya, resiko tetap harus kita terima. Memainkan peran antagonis membuat kita akan mendapatkan vibrasi negatif dari sekeliling kita. Persis sebuah cermin, apa yang kita lihat di dalamnya itulah diri kita sebenarnya. Ilustrasinya begini, jika anda seorang suami yang selalu marah-marah, pelit penghargaan bahkan ringan tangan kepada istri anda, maka saat respon negatif anda terima dari lingkungan di sekitar anda, itulah pribadi anda yang sesungguhnya, tapi jika anda seorang suami yang ramah, suka menghargai pasangan dan penuh kasih sayang, maka respon positif yang anda terima dari sekitar lingkungan anda, itulah hakikat diri anda sesungguhnya.

Saya ingin memberikan anda sebuah kunci keberhasilan menggapai keluarga super, yaitu cukuplah bagi anda menampilkan kearifan insani. Kearifan insani dimulai dari pengenalan akan jati diri kita ('Arif berasal dari bahasa arab berarti orang yang tahu atau kenal). Mengenali jati diri tentu saja bukan sekedar tahu bentuk fisik kita tetapi karakter, sifat, habit dan seluruh ihwal yang berkaitan dengan keadaan diri kita sendiri. Terkadang kita lemah disini, kita lebih mudah mengenal orang lain ketimbang diri sendiri, buktinya kita mudah mengkritik orang lain tapi sulit menerima jika dikritik.

Setelah mengenal jati diri meningkatlah kepada kesadaran diri (self awarness), bahwa kita adalah makhluk yang berarti yang diciptakan, kita membutuhkan orang lain atau keadaan tertentu untuk dapat survive atau setidaknya menjadi diri kita yang sekarang. Bila anda seorang yang kaya, ingatlah bahwa istilah kaya baru berarti karena ada orang-orang yang miskin di sekitar anda. Jika anda orang sukses, itu karena ada orang lain yang gagal.

Kesadaran diri ini akan membawa anda kepada setidaknya dua sikap, pertama memelihara hubungan antar personal dan kedua bersikap baik dengan mereka. Jika anda menerapkan dua sikap ini, maka kemungkinan besar simpati dari lingkungan sekitar anda akan anda dapatkan. Tapi justru seringkali keadaan seperti ini baru kita amalkan saat ada pamrih, alih-alih mendapatkan simpati kita berbuat baik dengan mereka. Ini jelas bukan pribadi ikhlas. Ikhlas berarti murni, maksudnya diri kita murni atau bersih dari kepentingan (vested interest). Nah, di sinilah kita membutuhkan sebuah sikap yang disebut kearifan, yaitu sebuah sikap mengesampingkan ego pribadi dan menghargai orang lain. Kearifan juga entry point untuk menjadi pribadi yang disenangi orang, rumusnya begini jika anda menjadi pribadi yang menyenangkan maka orang lain akan berbuat baik kepada anda.

Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang selalu menebarkan kemanfaatan kepada manusia lain. Begitulah dalam konteks hubungan suami istri dan anak-anak, perlu sinergi dalam berbagi manfaat, ini bukan filosofi asas manfaat yang berorientasi pada aji mumpung, tapi lebih pada keluhuran budi menghargai orang lain.

Dalam bahasa al Quran hubungan suami istri itu disimbolkan dengan pakaian (libaas), maksudnya tentu saja agar keduanya saling menutupi aib masing-masing. Kenyataannya sekarang kita melihat banyak orang yang membongkar cacat pasangannya bahkan dengan penuh bangga mempublishnya melalui televisi. Tentu saja ini fenomena yang memprihatinkan, padahal jikapun perceraian adalah jalan yang harus ditempuh, Allah memerintahkan untuk menjalaninya dengan ihsan (cara yang baik). Dalam suasana konflik yang akut sekalipun, Rasulullah kerap mengingatkan bahwa janganlah kemarahanmu terhadap pasanganmu membuat kamu melupakan kebaikan yang pernah dia lakukan.

Nah agar kearifan insani dapat diwujudkan ada beberapa tips yang bisa anda lakukan:
1. Belajar mengenali karakter diri
Ini syarat utama dalam menjalani kehidupan karena kita adalah makhluk sosial, kita tidak sedang hidup menyendiri, interaksi merupakan keniscayaan yang tidak dapat kita hindari. Kunci utama dihargai orang lain adalah dengan menghargai mereka. Mengenal diri sendiri bisa dimulai dengan membuat positioning karakter, dan karakter –menurut Jacob Ezra- terbentuk dengan paling sedikit lima hal, yaitu:
· Temperamen dasar kita (Dominance, Steadiness, Influence, Compliance)
· Keyakinan kita (apa yang kita percayai, paradigma)
· Pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita)
· Motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup)
· Pengalaman hidup kita (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh, lingkungan)
2. Berfikir positif
Setiap emosi yang muncul dari seorang manusia sangat dipengaruhi oleh persepsinya. Persepsi yang negatif akan menggumpal di alam bawah sadar menjadi Negative self talk (pembicaraan pribadi yang negatif), jika ini dibiarkan berlarut maka dapat dipastikan akan muncul sikap tertutup, merasa paling benar, tidak siap menerima kekalahan serta sulit meminta maaf dan memaafkan. Bahkan jika Anda berfikir bahwa seseorang dari etnis dan agama tertentu memiliki karakteristk yang kurang baik dan tidak layak diajak kerja sama, maka secara reflek perasaan tidak suka kepada dia menjalari diri Anda. Selanjutnya perasaan akan membawa kepada prilaku, Anda mulai tampak sinis dan membatasi pergaulan, jika pun perkenalan itu berlanjut dapat dipastikan hubungan pertemanan itu akan berlangsung saling curiga, tidak bermutu dan menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, perlu kesadaran sejak dini untuk membiasakan berfikir positif terhadap keadaan di sekitar kita. Bahkan kepada peristiwa yang tidak mengenakkan sekalipun, mulailah mencari alasan positif dan mengais hikmah.

3. Berikan penghargaan kepada orang lain
Cobalah anda melempar pohon mangga yang banyak buahnya dengan sebuah batu, maka pohon itu akan membalas lemparan anda dengan buah mangga yang manis dan siap disantap. Begitulah mestinya kita bersikap. Tetap menghargai orang lain, sekalipun orang lain mungkin menyakiti perasaan kita. Bagi sebagian orang cara ini sepertinya sulit dilakukan, bagaimana mungkin berbuat baik kepada orang yang menzalimi kita, tapi begitulah agama mengajarkan kita. Nabi Muhammad mengingatkan ada tiga kelompok orang yang di akhirat nanti diganjar dengan hisab yang ringan dan dimasukkan ke dalam syurga, yaitu memaafkan orang yang menzalimi kita, berbuat baik kepada orang yang pelit kepada kita dan menyambung silaturrahmi kepada orang yang memutuskan tali persaudaran kepada kita. Berat memang, tapi ganjarannya juga dahsyat; SYURGA! yang diimpikan banyak orang.

4. Sering melakukan evaluasi diri
Kata Umar bin Khatab, “Hitunglah dirimu sebelum kelak engkau akan dihitung”. Pesan ini memiliki nilai yang sangat penting, bahwa setiap kita pasti akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita di hadapan Pengadilan Ilahi, oleh karena itu perlu kesadaran asasi untuk mempersiapkan sejak dini. Kehidupan di dunia adalah investasi amal untuk kehidupan hakiki pasca kematian kita nanti. Oleh karenanya, muhasabah atau evaluasi secara periodik akan membimibing kita untuk tahu bagaimana grafik kesalahan kita. Kearifan insani lahir dari pribadi orang yang menyadari bahwa dirinya sarat dengan kealpaan, maka seiring bertambahnya waktu ia hanya sibuk memperbaiki diri dan tidak sempat memikirkan kesalahan orang lain.

“Belajarlah kepada bangku sekolah formal dan Anda hanya akan mendapat pelajaran sesuai silabus dan kurikulum yang sudah ditentukan, tetapi belajarlah dari sekolah kehidupan dan jadilah siswa abadi di dalamnya maka Anda akan dibanjiri oleh pengetahuan yang tidak akan pernah ada habisnya.”

Salam hangat dari saya
Sahabat keluarga Anda

Nurul Huda Haem

Tidak ada komentar: