Bagi Anda yang Membutuhkan Jasa Lembaga Super Family Consulting...Kami Siap Membantu Permasalahan Anda !!!

tausiyah keluarga super

18 Juli 2009

keterbukaan komunikasi

Pada suatu hari, tampak kemeriahan pesta ulang tahun perkawinan emas sepasang suami istri yang memasuki masa setengah abad kebersamaannya. Para tamu berdatangan dengan antusias, mereka tampak turut bergembira melihat kebahagiaan pasangan suami istri yang sudah berusia lanjut ini. Ketika hidangan siap disantap, sang suami menghampiri istri dengan langkah yang meyakinkan, di tangannya terdapat piring berisi kepala dan ekor ikan mas, dengan mantap dan penuh kasih sayang, ia memberikan piring itu kepada istrinya. Sang istri menerima pemberian suaminya sambil menundukkan pandangan, tak lama kemudian terdengar suara isak tangis sang istri yang membuat sang suami dan hadirin terkejut. Mereka menolehkan pandangan kepada sang istri, yang kini tangisannya semakin menjadi, ia menumpahkan isi hatinya, "Suamiku, 50 tahun aku mendampingimu menjadi istri yang setia, dari keadaan kita yang tidak punya apa-apa hingga kini berkecukupan, aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untukmu karena cinta dan sayangku kepadamu, tetapi setelah setengah abad kita melalui kebersamaan ini tak kusangka engkau masih saja memberikan kepala dan ekor ikan mas, sungguh, selama hidupku kepala dan ekor ikan mas adalah makanan yang paling aku tidak suka" Demi mendengar penuturan istrinya, sang suami pun berkata, "Istriku tercinta, sejak pertama kali aku menikahimu aku bersumpah memberikan yang terbaik untukmu. Aku berusaha sekuat tenagaku sejak pagi hingga malam mencari nafkah demi kebahagiaanmu, engkau adalah kekasih hati yang selalu bersemayam dalam fikiran dan ingatanku. Terus terang selama hidupku kepala dan ekor ikan mas adalah makanan favorit yang paling aku suka, tetapi demi sumpahku memberikan yang terbaik untukmu, aku korbankan makanan favoritku untuk kebahagiaanmu. Oh, istriku tak di-nyana, ternyata 50 tahun yang kita jalani tak cukup bagi kita untuk saling memahami." Sang suami pun memohon maaf dan memeluk istrinya penuh dengan kehangatan cinta.

Terkadang kita menganggap apa yang terbaik baik bagi kita adalah yang terbaik untuk pasangan kita, padahal belum tentu demikian. Kisah tadi mengajarkan kepada kita sebuah wisdom tentang pentingnya keterbukaan dalam komunikasi. Kebekuan komunikasi adalah bom waktu yang suatu saat akan meledak, karenanya kita harus segera mencairkan kebekuan tersebut, jangan biarkan kebekuan berlangsung lama, karena seiring bartambahnya waktu akan terjadi kristalisasi persepsi yang keliru. Hubungan dalam komunikasi itu sesungguhnya menuntut adanya garis lurus antara kebutuhan dan harapan dari komunikator dan komunikannya, jika ini terpenuhi maka akan lahir kepuasan komunikasi. Gambarannya begini; Dalam kehidupan keluarga, antara suami istri dan juga anak-anak pasti terlibat komunikasi, persoalannya kemudian adalah terkadang hubungan komunikasi itu dirasakan nyaman oleh kita tetapi lawan bicara kita belum tentu merasakannya, istilahnya I am oke but you are not oke atau sebaliknya You are oke but I am not oke, anda nyaman tapi saya tidak nyaman. Karena itu kita harus berupaya membangun suasana komunikasi yang positif yaitu, I am oke and you are oke, saya dan anda sama-sama nyaman. Nah, ada baiknya kita belajar prinsip komunikasi yang diajarkan Allah dalam Kitab Suci Al-Quran. Disebutkan setidaknya ada tujuh prinsip yang harus kita perhatikan dalam membangun komunikasi, yaitu:
1. Perkataan yang baik
Pilihlah kata-kata yang tidak menyinggung perasaan pasangan kita, kita harus mulai belajar memilih kata-kata dalam berbicara, karena sekali kata-kata melukai pasangan kita, belum tentu cepat menyembuhkannya. Seperti dikatakan dalam pepatah, "Bila pedang lukai tubuh, masih ada harapan sembuh, tapi bila lidah lukai hati kemana obat akan dicari"

2. Perkataan yang mulia
Nabi Muhammad itu terkenal dengan kata-katanya yang mulia, bahkan dalam candanya sekalipun mengandung hikmah. Dia paling senang memuji, istrinya Aisyah kerap beliau sapa dengan panggilan Ya Humaira yang artinya "Wahai yang pipinya merona merah!". Nah, apakah anda punya panggilan khas kepada pasangan anda di mana panggilan itu tanda sayang anda kepadanya?

3. Perkataan yang berbekas
Terkadang kita tidak perlu berpanjang kalam, cukup dengan satu atau dua kalimat tetapi kata-kata tersebut memberikan atsar atau bekas kepada pasangan kita.

4. Perkataan yang berat
Ketika hendak menyampaikan sebuah peringatan kepada pasangan anda tentang suatu sikap yang menurut anda harus dirubah, maka gunakan prinsip ini, tegas dan berwibawa tetapi tidak mendiktenya.

5. Perkataan yang lembut
Seseorang boleh berkata, "Ah, saya mah sudah karakternya kalau bicara keras, tapi sungguh saya tidak bermaksud menyakiti hatinya." Saudaraku, saat kita merasakan tidak nyaman karena gaya bicara seseorang yang melukai hati kita, ketahuilah bahwa orang lain pun merasakan yang sama, maka berusahalah berbicara dengan lembut.

6. Perkataan yang lurus
Ada sebuah kebiasaan Rasulullah ketika menyampaikan khutbah nikah, beliau selalu membacakan ayat ini, "Dan ucapkanlah olehmu kata-kata yang lurus." Seolah-olah beliau hendak berpesan kepada calon pengantin yang akan memasuki mahligai rumah tangga untuk tidak membiasakan kata-kata yang mengandung dusta apalagi fitnah.

7. Perkataan yang pantas
Anda mungkin pernah mendengar pasangan anda berkata begini : "Kamu tuh enggak pantas ngomong begitu!" Nah, mungkin kita sering tidak memperhatikan hal yang sepele, sehingga komentar tadi keluar dari pasangan kita. Perkataan yang pantas dalam konteks ini juga berarti perkataan yang mudah difahami, tidak berbelit-belit sehingga menambah ruwet pemahaman orang yang mendengarnya.

Begitulah al-Quran mengajarkan kita tujuh prinsip dalam membangun komunikasi yang efektif. Akhirnya saya ingin anda merenungi dalam kapsul motivasi berikut ini:
"Saat mutu cinta mulai rapuh, berkacalah pada cermin kesadaran, jika anda dapati noda kesilapan maka maaf saja tak cukup untuk menyembuhkan:
Komunikasikan dan berbuatlah lebih baik!"

salam super family
sahabat keluarga Anda

Nurul Huda Haem

Tidak ada komentar: